Artikel Terbaru

Peran Holistik Ala Mine Plan Engineering

17 Juni 2025

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang sangat krusial dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan oleh keterkaitannya secara langsung dengan bagaimana kita mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam di sekitar kita, khususnya yang tidak terbarukan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, praktek pertambangan wajib dilakukan secara aman, efisien, berwawasan lingkungan, serta memberikan nilai keekonomian bagi peradaban dunia (Good Mining Practice).

Untuk mencapai hal tersebut secara berkelanjutan, maka diperlukanlah satu bagian profesi dan/atau departemen strategis dalam dunia pertambangan, yaitu Mine Plan Engineering (MPE) atau biasa juga disebut Mine Engineering.

MPE merupakan profesi teknik rekayasa pertambangan yang memiliki pendekatan secara menyeluruh ke dalam semua aspek dan departemen yang terlibat pada suatu proyek pertambangan sehingga perannya menjadi sangat sentral. Adapun tugas utama MPE ini pada dasarnya ada empat, yakni perencanaan, pengawasan, pengoptimalan dan evaluasi operasi tambang. Sehingga pemahaman landscape teknis pertambangan menjadi syarat penting bagi seorang yang bertugas di Departemen MPE. Superintendent Mine Plan Engineer PT GKP, Muhammad Najamuddin atau yang akrab dipanggil Najam ini menguraikan jika MPE harus mampu membuat perencanaan yang matang untuk optimalisasi dan efektivitas operasi pertambangan, termasuk penyesuaian anggaran keuangan proyek.

“Ruang lingkup kerja MPE memang luas dan banyak di ranah perencanaan, tetapi tidak terbatas disana. Kami harus memiliki helicopter view dalam melihat situasi lapangan. Keterlibatan dan kerja sama lintas departemen wajib terjalin dengan baik. Termasuk jika kita bicara teknis perencanaan seperti pemetaan cadangan nikel, penyusunan anggaran produksi, nilai keekonomian, infrastruktur pendukung tambang, target produksi, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Spesifik pada implementasi di lapangan, Najam menambahkan dalam praktiknya, MPE pada umumnya membagi perencanaan pertambangan dalam dua tahapan, yakni secara long-term dan juga short-term. Perencanaan long-term ini mencakup aspek selama umur tambang termasuk capital sustain atau kebutuhan infrastruktur pendukung tambang, yang juga meliputi persiapan pasca tambang yang dikoordinasikan dengan Departemen Environment. Sedangkan untuk perencanaan short-term, lebih banyak berkutat pada operasional produksi harian, mingguan, bulanan hingga satu tahun proses kegiatan penambangan.

Dari Data Menjadi Rencana

Perencanaan matang menjadi tugas kunci MPE dalam mengelola pertambangan berkelanjutan. Dalam prakteknya, MPE menerima berbagai data penting dari lintas departemen, seperti Eksplorasi, Survey, Pemasaran, dan Environment. Mencakup data bor, block-model, volume/ketebalan overburden dan bijih, grade nikel, topografi , target penjualan, dan lain sebagainya. Berdasarkan data inilah, MPE merancang desain pit, sekuen penambangan, jalan angkut, tempat penimbunan overburden dan bijih, settling pond sebagai sebuah acuan dalam operasi penambangan.

Di awal persiapan proyek pertambangan, MPE pada dasarnya juga turut terlibat dalam pengurusan dokumen penunjang izin pertambangan dan Feasibility Study (FS) adalah produk akhirnya. Melalui hasil pengolahan data-data lintas departemen tadi, produk ini menjadi kerangka acuan utama atau panduan dalam pengurusan dokumen AMDAL dan juga dokumen RKAB yang biasanya diserahkan setiap tahun. Dalam perjalanannya, analisis FS ini juga berkontribusi pada penggambaran layout kawasan tambang, area mana yang menjadi prioritas, dan menentukan segala infrastruktur yang mendukung pelaksanaan operasi.

Pada akhir proyek pertambangan, Departemen MPE kembali berkolaborasi dengan Departemen Environment mengenai rencana reklamasi dan rencana penutupan tambang (mine closure). Sebagai contoh, area penambangan seperti pit dan disposal yang sudah selesai maka Departemen MPE akan membuat berita acara penggunaan lahan untuk reklamasi , yang selanjutnya dilakukan pembuatan desain lahan akhir sebagai acuan tim environment pada proses reklamasi lahan bekas tambang.

Parameter Keberhasilan MPE

Berbicara mengenai keberhasilan MPE, Najam menerangkan jika keberhasilan MPE sangat relatif, tetapi paling dasar adalah memastikan semua tahapan kerja secara lengkap telah dilakukan. MPE tidak bisa berhenti pada kelancaran implementasi perencanaan yang sudah disusun sejak awal, tetapi juga harus mencakup tahapan evaluasi atas implementasi di lapangan langsung.

Planning adalah satu tahapan awal saja. Kita harus secara komplit melihat sampai evaluasi. Sebagai contoh, jika ada ketidaksesuaian antara rencana dengan aktual penambangan tentunya akan menjadi evaluasi dan koreksi yang seringkali juga memerlukan keterlibatan departemen lain.” terangnya.

Secara garis besar, tahapan evaluasi membutuhkan keterlibatan semua departemen untuk bisa mempercepat perbaikan, khususnya dalam pengumpulan data konkrit lapangan. Pemanfaatan data statistik melalui entry data processing (EDP) dan data survei topografi akan memperjelas evaluasi berkala, seperti pengecekan apakah alat-alat sudah optimal belum digunakan dan apakah proses produksi sudah efektif dilakukan. Tujuan akhirnya jelas mengarah pada optimalisasi performa tambang secara berkelanjutan. MPE harus mampu me-maintain operasi tambang yang efisien, efektif, dan bernilai keekonomian.