Artikel Terbaru

Ketika Penambangan Terhenti, Monitoring Lingkungan Tak Mati

21 Oktober 2025

Masa penghentian sementara operasi penambangan bukan berarti tanggung jawab terhadap lingkungan terhenti. Di PT Gema Kreasi Perdana (GKP), kegiatan monitoring lingkungan justru menjadi semakin penting ketika aktivitas penambangan berhenti.

Melalui Departemen Environment, perusahaan terus melakukan berbagai pemantauan dan pengelolaan lingkungan untuk memastikan kualitas ekosistem di sekitar area tambang tetap terjaga. Aktivitas seperti pemantauan kualitas air, air limbah, dan udara, serta reklamasi dan revegetasi lahan, terus berjalan sesuai jadwal dan prosedur yang berlaku.

“Selama masa penghentian sementara kegiatan operasional, aktivitas lingkungan tetap berjalan seperti biasa dan tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kami tetap melakukan penataan lahan, perawatan tanaman, dan pembibitan, sambil memastikan seluruh parameter lingkungan berada dalam batas baku mutu,” ujar Badrus Soleh, Environment & Forestry Superintendent PT GKP.


Monitoring Lingkungan: Kunci Menjaga Kualitas dan Keberlanjutan

Dalam fase non-operasi, pemantauan lingkungan memiliki peran krusial. Menurut Badrus, kegiatan ini berfungsi sebagai alat kontrol utama untuk memastikan kondisi lingkungan tetap stabil dan sehat.

“Monitoring ini menjadi dasar penting untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan. Hasilnya bisa dibandingkan antara kondisi saat operasi, non-operasi, dan pasca-operasi. Dengan begitu, kita bisa memastikan tidak ada dampak negatif terhadap ekosistem sekitar tambang,” jelasnya.

Lebih dari sekadar kewajiban, data yang dikumpulkan selama masa non-operasi menjadi aset strategis perusahaan. Data tersebut membantu PT GKP menyusun strategi pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan berkelanjutan saat operasi kembali dimulai.

“Informasi yang kami dapat saat ini akan menjadi dasar dalam perencanaan keberlanjutan perusahaan. Data tersebut menunjukkan kondisi aktual lingkungan, sekaligus menjadi panduan dalam pengambilan keputusan ke depan,” tambah Badrus.

Faktanya, dari hasil pemantauan yang dilakukan sejauh ini, kondisi lingkungan di area tambang PT GKP tetap stabil. Menurut Departemen Environment, tidak ada perubahan signifikan dari hasil monitoring selama non-operasi dan seluruh parameter lingkungan masih dalam batas aman. Meski begitu, ia menegaskan pentingnya konsistensi dalam pemantauan. Tanpa kegiatan monitoring, potensi penurunan kualitas lingkungan bisa terjadi tanpa terdeteksi lebih awal.

“Risikonya besar jika pemantauan berhenti. Mulai dari turunnya kualitas air dan udara, hilangnya data pembanding, hingga meningkatnya risiko pelanggaran terhadap standar lingkungan,” tegasnya.

Selain faktor teknis, Badrus juga mengakui adanya tantangan tersendiri dalam menjalankan kegiatan monitoring di tengah keterbatasan sumber daya dan mobilitas. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Departemen Environment untuk terus menjalankan tugasnya dengan optimal. Pada akhirnya, bagi PT GKP, masa non-operasi seperti saat ini bukanlah waktu untuk berhenti peduli terhadap lingkungan, melainkan kesempatan untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan. Monitoring yang berkesinambungan menjadi bukti nyata bahwa GKP menempatkan tanggung jawab lingkungan sebagai bagian tak terpisahkan dari praktik pertambangan yang berkelanjutan.