Departemen Environment: Visi dan Sinergi Hijau di Tengah Deru Pertambangan

WAWONII, 7 November 2024 – Industri pertambangan tak pernah luput dari sorotan publik, terutama jika dikaitkan dengan dampaknya terhadap lingkungan. Sebagai respons terhadap kekhawatiran ini, perusahaan tambang memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan ekologi sekaligus menjamin keberlanjutan operasinya. Tugas ini diwujudkan secara nyata oleh PT Gema Kreasi Perdana (GKP) melalui peran penting Departemen Environment, yang berkomitmen menerapkan langkah-langkah proaktif guna melindungi dan memulihkan alam di sekitar area tambang.

Superintendent Environment & Forestry PT GKP, Badrus Soleh menjelaskan bahwa penting bagi departemen ini untuk memastikan kegiatan pertambangan tidak memberikan dampak destruktif tanpa solusi terhadap lingkungan sekitar.

“Kami memastikan perusahaan ini memiliki kemampuan dan kepatuhan dalam pengelolaan dampak lingkungan, pengelolaan pasca-tambang (reklamasi), pengelolaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, serta menjalankan regulasi lingkungan yang ada,” jelas Badrus.

Secara regulasi, Badrus menambahkan, ada standar pedoman lingkungan yang wajib dipenuhi oleh perusahaan tambang, termasuk PT GKP ini, seperti berbagai peraturan dan kebijakan lingkungan yang tertuang di Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri ESDM. Lalu, adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta kewajiban rehabilitasi dan reklamasi lahan.

“Itu semua menjadi acuan penting kami dalam memastikan penerapan operasi yang Good Mining Practice,” tambahnya.

Tantangan Lingkungan Pulau Wawonii & Solusinya

Badrus membagikan catatannya ketika memetakan tantangan lingkungan yang ada di Pulau Wawonii ini. Di antara beberapa tantangan yang ada disana, Departemen Environment menilai prioritas utama pengelolaan lingkungan PT GKP ada pada kecermatan pengelolaan air limbah. Isu ini menjadi cukup krusial mengingat ketersediaan dan kelayakan air adalah syarat bagi sumber kehidupan yang layak bagi seluruh makhluk hidup yang ada disana.

"Saat ini, kegiatan yang kami lakukan adalah fokus menambah settling pond (kolam pengendapan) di beberapa titik catchment area di wilayah operasi, dan menggunakan sistem injeksi pada setiap settling pond untuk melakukan treatment air yang masuk di area kolam sedimen. Ini semua agar air yang keluar dari titik penaatan sesuai dengan baku mutu," terangnya.

Tak berhenti pada penanganan isu air saja, mekanisme mitigasi risiko yang berfokus pada perlindungan lingkungan juga terus dilakukan Departemen Environment.

Menurut Badrus, dalam pertambangan nikel, metode mitigasi bisa dilakukan dengan baik selama rutin dan taat dalam melakukan audit lingkungan, serta memastikan kepatuhan terhadap implementasi Good Mining Practice di lapangan.

"Contohnya seperti melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai AMDAL (seperti kekayaan biodiversitas, air, dan udara), lalu melakukan reklamasi dan rehabilitasi lahan, lanjut pada pengelolaan limbah B3, baik padat, cair, dan gas, dan tahapan lainnya," terang Badrus.

Program Hari Ini dan Visi Masa Depan

Nursery Foreman PT GKP, Joel Simanjuntak membagi kinerja departemennya bahwa dalam setahun terakhir, mereka menginisiasi beberapa program dalam menjaga dan memulihkan lingkungan sekitar tambang. Salah satu langkah signifikan yang telah dilakukan adalah pengembangan sumber mata air baru dan perbaikan sumber yang sudah ada.

“Kami terus memperhatikan kebutuhan air bersih untuk semua pihak, tak hanya operasi kami sendiri, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat di lingkar tambang. Sumber mata air yang kami optimalkan ini akan membantu mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang membutuhkannya,” ujar Joel.

Tak hanya itu, inisiatif PT GKP juga dikembangkan melalui penerapan sistem pengolahan air berbasis injeksi pada setiap titik penaatan dan juga pengelolaan sampah yang berbasis pada prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

Berbicara tentang keberhasilan program Departemen Environment, Joel menegaskan tentang kesediaan PT GKP untuk membangun kolaborasi aktif dengan para stakeholder kunci di sekitar tambang, di antaranya adalah masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah.

“Kami selalu berupaya berkoordinasi dengan masyarakat untuk memastikan distribusi air bersih melalui sumber-sumber mata air yang berada di wilayah kami. Keterlibatan mereka juga tidak berhenti disana, dalam program reklamasi dan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) pun masyarakat juga turut dilibatkan dalam penanaman dan pengelolaan,” kata Joel.

“Selain itu, kami juga berkomitmen untuk selalu melaporkan semua kegiatan lingkungan kami dengan tepat waktu ke Kementerian/Lembaga terkait. Kolaborasi seperti dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di level Kabupaten dan Provinsi terus kami jalin dalam berbagai acara penting, seperti Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia,” lanjutnya.

Menurutnya, peran serta pemerintah sangat penting untuk menciptakan sinergi antara industri, masyarakat setempat, dan niat baik dalam pengelolaan lingkungan.

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, Departemen Environment PT GKP memiliki visi yang terfokus pada keberlanjutan. Badrus dan Joel sepakat bahwa program-program mereka ke depan akan lebih berfokus pada pelestarian alam, adaptasi perubahan iklim, dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik.

“Kami ingin menjadi perusahaan yang bisa memberikan dampak positif, bukan hanya pada saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Program keberlanjutan kami adalah bukti dari komitmen itu,” tegas pria yang tengah menjabat sebagai Superintendent Environment & Forestry PT GKP itu.