Di tengah ancaman cuaca tak menentu dan ekstrim di laut, Departemen Shipping harus memastikan pengapalan bijih nikel berjalan lancar dan aman sejak proses kapal bersandar, pemuatan material, hingga melepas kapal berlayar menuju pelabuhan bongkar. Dedikasi tinggi dan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni menjadi faktor kunci kinerja Departemen Shipping PT GKP.
WAWONII, 11 Juli 2024 - Pengaturan sistem logistik dan transportasi sebagai bagian dari manajemen rantai pasokan industri nikel tidak bisa dipandang sebelah mata. Pengelolaan sistem ini sangat menentukan keberlangsungan operasional sebuah perusahaan tambang, tak terkecuali di PT Gema Kreasi Perdana (GKP). Perlu ada kepastian dan keamanan dalam distribusi pasokan nikel dari tambang hingga ke wilayah pemanfaatan selanjutnya. Disinilah Departemen Shipping hadir menjalankan tanggung jawabnya.
Sesuai dengan namanya, Departemen Shipping adalah bagian yang mengambil peranan dalam proses pengiriman produk nikel menggunakan kapal melalui jalur laut dari lokasi tambang ke tujuan akhir, baik itu pabrik pemurnian (smelter), pelanggan domestik, maupun pasar internasional.
“Ya singkatnya, departemen ini adalah pintu gerbang terakhir pada proses pengiriman ore nikel dari suatu wilayah ke wilayah lain melalui jalur laut menggunakan transportasi kapal,” kata Rahmad Budianto yang bertugas sebagai Supervisor Shipping PT GKP.
Sosok yang akrab dipanggil Capt. Rahmad ini menjelaskan peran pekerjaan ini mewajibkan timnya untuk terus berkoordinasi lintas departemen, khususnya dengan Departemen Operation (produksi). Komunikasi pun semakin intens ketika akan ada kapal tongkang yang bersandar.
“Sebelum kapal bersandar, kami akan menginformasikan bahwa akan ada tongkang yang melakukan pemuatan ore nikel di jetty. Maka, kami menyiapkan segala sesuatunya di jetty untuk proses kerja, termasuk menggunakan truck losing untuk pemuatan,” jelas Capt. Rahmad.
“Saat kapal bersandar, pemuatan dimulai dari haluan sampai kapal bagian dalam sejajar dengan bibir jetty. Setelah itu, kami melakukan pemuatan dari belakang ke depan, sehingga bisa tercapai jumlah kargo yang ditentukan,” lengkapnya.
Dirinya bercerita pengapalan ore nikel ini berbeda dengan pengapalan komoditas lain. Nikel dikategorikan sebagai muatan yang berbahaya dan beresiko menurut International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code. Hal ini disebabkan karena nikel akan bersifat liquid party (mencair) ketika kondisinya basah. Oleh karena itu, agar tetap kering, Departemen Shipping harus memastikan ore nikel yang termuat tertutup bagian atas permukaannya.
“Kondisi itu (basah) akan membahayakan stabilitas kapal ketika berlayar. Selain itu, bersifat korosif juga yang biasanya menyasar main deck dan sideboard tongkang, sehingga biaya penyewaan menjadi lebih tinggi, dan serta kondisi ini membuat resiko pencemaran di laut menjadi lebih tinggi. Ini yang harus dihindari dan diantisipasi,” terang Capt. Rahmad.
Berkaca pada kondisi ini, maka dapat disimpulkan jika cuaca menjadi tantangan terbesar bagi Departemen Shipping PT GKP dalam proses pengapalan ore nikel. Ketidakpastian cuaca yang memicu hujan, badai, dan tingginya gelombang air laut menjadi sangat berisiko, karena jetty langsung bersebelahan dengan Laut Banda.
“Seluruh skenario cuaca memang perlu diantisipasi dan disiapkan mitigasinya. Kami tentu terus memastikan agar semua target manajemen (jumlah pengapalan) tetap terpenuhi, tanpa harus mengurangi aspek safety yang telah diregulasikan, baik dari sisi keamanan kerja maupun keamanan lingkungan,” tegas Capt. Rahmad.
Motivasi tinggi diusung Capt. Rahmad Budianto dan timnya dalam meningkatkan kualitas operasinya. Dirinya mengutamakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia sebagai salah satu caranya.
“Kami dari Department Shipping akan selalu meningkatkan jumlah pengapalan dari tahun sebelumnya, tentunya dengan meminimalisir dampak sosial maupun lingkungan saat melakukan pengapalan. Training dan motivasi kru shipping penting untuk mewujudkan target yang diberikan,” pungkasnya.